Keunggulan komperatif yang dimiliki oleh Kabupaten Maluku Barat Daya yang termasuk dalam wilayah 3T yakni Terluar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Daerah Perbatasan memiliki potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang terpendam. Maluku Barat Daya sendiri berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dan Australia, bagai surga yang tersembunyi dengan menyimpan daya Tarik tersendiri untuk dikembangkan sebagai warisan budaya lokal (local wisdom). Konsepsi Ovop atau yang dikenal dengan Satu Desa Satu Produk dan sejalan tujuan pelaksanan kegiatan di tahun 2024 yang salah satunya pada pembinaan dan pengembangan sektor industri di Daerah Perbatasan,
Ada beberapa daerah di Maluku yang sesuai dengan amanat Undang-Undang telah ditetapkan sebagai wilayah yang termasuk dalam daerah Perbatasan salah satunya ialah Kabupaten Maluku Barat Daya. Dalam menunjang hilirasi produk sektor industri di tiap Kabupaten/Kota di Maluku, maka perhatian yang dilakukan melalui pendampingan sudah tentu memberikan dampak positif bagi pengemabngan sektor industri termasuknya produk kain tenun ikat yang memiliki corak, motif yang memiliki sarat makna sebagai warisan budaya para leluhur masyarakat di Bumi Kalwedo.
Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindag Maluku menggali potensi yang ada di Bumi Kalwedo Maluku Barat Daya dan salah satunya ialah Tenun. Potensi sumber daya alam lokal seperti tanaman lokal daerah seperti kelapa, rambutan, manggis, rumput putri malu, dan lainnya menjadi salah satu bahan baku dalam pengembangan proses pewarnaan alam tenun. Konsep pewarnaan alam tenun kini menjadi daya tarik sendiri dibandingkan dengan kain sintetis pada umumnya.
Kehadiran Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Maluku sebagai fasilitator menjadi sebuah kebutuhan dan bukan keinginan dalam menjembatani sejumlah persoalan yang dihadapi oleh masyarakat di Maluku termasuk didalamnya warga bangsa di Daerah Perbatasam Bumi Kalwedo Maluku Barat Daya.
Dalam rangka membumikan potensi Tenun Warna Alam, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku memberikan penguatan kapasitas bagi masyarakat melalui Bimbingan Teknis Pewarnaan Alam Tenun Di Daerah Perbatasan di Kabupaten Maluku Barat Daya.
Tenun merupakan warisan budaya para leluhur yang perlu dilestarikan dan dikembangkan dengan pelbagai pola dan bentuk sesuai dengan kebutuhan pasar dan salah satu yang kami butuhkan adalah pewarnaan alam.” ungkap Kepala Disperindagkop dan UMKM Kabupaten MBD, Ir. Piter Rupilu, M.Si saat membuka secara resmi kegiatan Bimbingan Teknis Pewarnaan Alam di Daerah Perbatasan Kabupaten Maluku Barat Daya yang berlangsung di Gedung Aula Kantor Lurah Tiakur, Jumat (27/9). Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia, sudah tentu produk-produk hasil karya anak bangsa di Maluku Barat Daya harus dipacu terus baik dari sisi penampilan, kualitas produk sehingga bisa bersaing dengan produk-produk lainnya, Kata Rupilu.
Kepala Disperindagkop dan UMKM Kabupaten MBD, Ir. Piter Rupilu, M.Si, memberikan apresiasi kepada Pamerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindag Maluku yang telah menginisiasi program Bimtek ini, tegasnya.
Hadir dalam kegiatan pembukaan tersebut Kepala Dinas Perindagkop Kabupaten Maluku Barat Daya Piet Rupilu, Kepala Bidang Industri Dinas Perindag Maluku Marchelino Paliama, Pejabat Eselon 3 dan 4 lingkup Dinas Perindagkop Maluku Barat Daya, instruktur Dwi Raharjo dari YL Handicraft Jogyakarta.
Pada sambutannya, Kepala Bidang Industri menegaskan terkait pemanfataan sumber daya alam lokal seperti banyaknya tanaman lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pewarnaan alam yang menjadi salah satu prasyarat mutlak dalam menumbuhkan sektor industri di daerah perbatasan, sehingga komoditi unggulan daerah Maluku Barat Daya ini berupa kain tenun harus menjadi produk lokal bernuansa nasional. “Potensi ini tentunya harus dikelola sehingga menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing. Salah satunya ialah Produk olahan Tenun Ikat yang perlu dikembangkan menjadi produk OVOP bukan hanya dalam bentuk kain saja, tetapi sudah menjadi produk-produk turunan dari kain tenun khas Maluku Barat Daya”, tegas Marchel.
“Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindag Maluku bertekad untuk terus memperkuat dan menonjolkan aspek keunggulan yang melekat pada produk Kain Tenun, baik karena bahan baku pewarnaan alam, benang, dan motif yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri,” ungkap Kabid Industri.
Perajin Tenun di Daerah Perbatasan Maluku Barat Daya mendapatkan pendampingan berupa Bimbingan Teknis Pewarnaan Alam, Teknis Menenun, Kunjungan Lapangan dengan melihat secara langsung produksi Tenun Ikat MBD. Peserta yang dilatih sebanyak 20 orang yang terdiri dari beberapa desa seperti Patti, Tiakur, Moain, Werwaruw, Wakarleli, mereka dilatih selama 4 hari dari tanggal 27/9-02/10, yang dibagi dalam lima kelompok yang terfokus pada pengembangan produk dan pewarnaan alam Tenun, Teknik Menenun, yang disajikan secara langsung oleh Pengajar dari YL Handicraft Dwi Raharjo.
Pada kegiatan Bimtek ini, Kepala Bidang Industri Marchelino Paliama menyampaikan materi terkait pemanfataan pengurusan perijinan berusaha seperti Sertifikasi NIB dan Hak Kekayaan Intelektual, bagi peningkatan berusaha dari para pelaku industri. Sementara itu, pembobotan dalam merubah paradigma berpikir para peserta melalui materi bimtek dan praktek yang disajikan langsung oleh praktisi yang juga merupakan instruktur dari YL Handicraft Yogyakarta Dwi Raharjo, tentang bagaimana proses produksi pewarnaan alam dan diversifikasi produk Tenun untuk diubah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis dan dapat menembus pasar baik lokal, nasional maupun internasional.
Kegiatan selama 4 hari tersebut menghasilkan berbagai benang tenun yang telah mengalami perubahan warna alam antara lain dari kulit rambutan, indigo, kulit manggis, rumpu putri malu, kelapa dan lainnya, sedangkan kain yang dihasilkan berupa syal dalam berbagai ukuran dan kain tenun warna alam.
Peserta sangat terkesan dengan apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindag Maluku, yang justru hari ini baru saya rasakan manfaatnya bagi diri, kelompok maupun masyarakat di Bumi Kalwedo ini. Salah seorang peserta Bimtek, Herry memberikan apresiasi terhadap apa yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Maluku “Bukan hanya ilmu dan keterampilan yang telah kami terima tapi perlindungan hukum melalui sertifikat Nomor Induk Berusaha (NIB) telah difasilitasi dan diberikan kepada kami, puji syukur kepada Tuhan”, katanya. Harapan Herry agar market atau pasar, bahan baku benang dan pewarnaan alam dapat juga di berikan oleh Pemerintah bukan saja dari Provinsi Maluku tapi dari itu adalah Pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya melalui Dinas Perindakop, , ungkapnya.
Dalam kegiatan Bimtek ini juga diberikan bantuan stimulant berupa bahan baku benang, pewarnaan alam dan bahan baku pendukung lainnya yang merupakan pemacu dalam pengembangan pengolahan produk Tenun perwanaan alam di daerah perbatasan Maluku Barat Daya.
Kepedulian Pemerintah Maluku melalui Dinas Perindag Provinsi Maluku memfasilitasi pendafataran Nomor Induk Berusaha (NIB) sebagai salah satu bentuk perjanjian kinerja dengan Ditjen IKMA Kemenperin RI, dimana pada acara penutupan di bagikannya 30 NIB bagi para peserta dan juga beberapa pelaku industri yang berada di Bumi Kalwedo.
Sementara itu, dalam sambutan penutupan kegiatan Bimtek ini, Kepala Dinas Perindag Maluku, yang diwakili Kepala Bidang Industri Marchelino Paliama menegaskan agar ilmu, keterampilan dan teknologi yang dimiliki bukan saja menjadi milik sendiri tapi dapat dibagikan bagi masyarakat lainnya. “Kemandirian ekonomi harus terwujud dalam bentuk produk Tenun yang memiliki motif dan warna-warna alam yang bersumber dari bahan baku lokal yang ada di Bumi Kalwedo-Maluku Barat Daya, tegas Paliama.
Dari Bumi Kalwedo dirinya berharap tumbuhnya industri tenun yang bernuasa alam dengan konsep motif asli Maluku Barat Daya seperti Gunung Kerbau, penyu dan lainnya yang memiliki daya saing yang siap bersaing dikancah nasional dan internasional.”Lanjutkan perjuangan dan pengabdian bagi rakyat di Maluku dengan Bangga Buatan Indonesia, melalui produk lokal Tenun Maluku Barat Daya, tegas Marchel. (Hyt_MP)