Ambon (22-25/05), Provinsi Maluku dikenal luas sebagai Provinsi yang kaya akan produk kain tenun ikat dan batik. Karya budaya ini diproduksi kaum perempuan yang tersebar di 7 kabupaten/kota di provinsi berbasiskan kepulauan itu. Kain tenun ikat dan batik menjadi bagian dari komoditi unggulan Maluku yang kerap dipromosikan dalam berbagai kegiatan di kancah nasional hingga internasional.


Produk kain tenun ikat dan batik mampu memikat perhatian kalangan masyarakat karena berbagai keunikannya, seperti diproduksi dengan tangan manusia menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu serta penggunaan warna yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Begitupun halnya dengan batik yang menggunakan metode canting (tulis) dan cap (stempel).

 
Tak hanya itu, kain tenun ikat dan batik yang dihasilkan dari setiap daerah di Maluku memiliki motif berbeda-beda dan lebih menggali corak dan keunggulan dari tiap daerah seperti contoh bunga, kekayaan biodata laut, burung, tumbuhan dan lainnya. Pemerintah Provinsi Maluku mencatat banyak motif tenun ikat dan batik, yang masing-masing mengandung narasi filosofi yang berbeda. Produk kain tenun ikat dan batik Maluku bukan hanya sekedar hasil buatan kaum perempuan Maluku, namun juga dinilai sebagai karya intelektual yang tidak kalah dengan berbagai karya seni yang tersohor di dunia.

 

Guna melestarikan, menumbuhkan dan mengembangkan produk tenun dan batik Maluku, Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Maluku menggelar Bimbingan Teknis dan Pendampingan Pengembangan Proses Produksi Tenun dan Batik Daerah Maluku di Kota Ambon tahun 2024.

 

Keunggulan komperatif yang dimiliki oleh Kabupaten yang menghasilkan Tenun dan Batik menjadikan Pemerintah Maluku untuk terus menumbuhkan dan mengembangkan produk yang ada menjadi pelbagai produk-produk unggulan yang berdaya saing dan memiliki nilai ekonomis. Untuk itulah, kehadiran Pemerintah sebagai fasilitator menjadi sebuah kebutuhan dalam menjembatani persoalan yang dihadapi oleh masyarakat di Maluku.

Saat ini, pelaku industri fashion (sandang) telah mampu menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh pasar domestik dan ekspor, dengan kualitas yang kompetitif. Selain itu, jumlah IKM tersebar di seluruh wilayah Tanah Air dengan jenis usaha dan produknya yang sangat beragam,” ungkap Kepala Dinas Dinas Perindag Maluku, Yahya Kotta saat membuka secara resmi kegiatan Rabu (22/05) bertempat di aula ruangan Pendidikan Kesehatan Ambon.

“Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindag Maluku bertekad untuk terus memperkuat dan menonjolkan aspek keunggulan yang melekat pada produk tersebut, baik karena bahan bakunya, ciri khas dan keunikannya, tradisinya, kearifan lokalnya, maupun reputasinya,” ungkap Kadis. Kami terus memberdayakan pelaku industri di daerah, seirima dengan visi dan misi Gubernur Maluku untuk menghasilkan Produk-Produk Industri Lokal yang berkualitas dan mampu berdaya saing. “Konsep One Village One Product (Ovop) merupakan salah satu misi dari Bapak Penjabat Gubernur Maluku, Ir. Sadali Ie, M.Si sehingga kemudian menjadi salah satu program prioritas dari Dinas Perindag Maluku tahun 2024, kata Yahya Kotta.

Selain itu Penguatan kapasitas sumber daya manusia industri, tentunya terus dilakukan dalam bentuk kegiatan Bimbingan Teknis yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Maluku seperti yang dilakukan di Jemaat GPM Eden Klasis Pulau Ambon Provinsi Maluku yang dampaknya dirasakan oleh para peserta nantinya, tegas Kepala Dinas Perindag Maluku.

Sebanyak 25 orang peserta dilatih dan didampingi selama 4 hari dari tanggal 22-25/05 yang dibagi dalam empat kelompok yang terfokus pada pengembangan produk Ovop tenun dan batik yang merupakan produk fashion unggulan di Maluku. Pola pengajaran di ruang kelas, tugas mandiri, dan monitoring secara langsung oleh instruktur di 2 kelompok peserta.

Sementara itu, Ketua Majelis Jemaat GPM Eden Kudamati Pdt. Lana Horhoruw menyampaikan terima kasih Pemerintah Maluku khususnya Bapak Pj. Gubernur Maluku dan Ibu Nita Sadalie Ie selaku Ketua Dekranasda Maluku yang begitu peduli dalam mengembangkan tenun dan batik Maluku. “Atas nama pimpinan Jemaat kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Penjabat Gubernur Maluku yang telah memberikan support dan kepeduliannya bagi warga gereja dalam mengembangkan potensi yang ada di jemaat untuk menjadi hal yang berguna dan memiliki nilai dalam pengembangan ekonomi umat, selain program ini merupakan sebuah anugerah bagi kami, sehingga menjadi tanggungjawab kami untuk menyukseskan dan terus mengembangkannya sebagai tanda kehadiran pemerintah dalam gereja”, ungkapnya.

Pada kegiatan Bimtek ini, diberikan materi materi terkait pemanfataan pengurusan perijinan berusaha seperti NIB, SIINAS bagi peningkatan berusaha dari para pelaku industri di Kota Ambon, Maluku oleh Fasilitator dari Dinas Perindag Maluku. Sementara itu, pembobotan dalam merubah paradigma berpikir para peserta melalui materi bimtek dan praktek yang disajikan langsung oleh praktisi yang juga merupakan instruktur dari Nena Collection Yogyakarta, tentang bagaimana memanfaatkan potensi lokal tenun dan batik untuk diubah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis dan dapat menembus pasar baik lokal, nasional maupun internasional.

Peserta Bimtek sangat antusias dalam mengikuti setiap materi dan praktek jahit menjahit yang disampaikan langsung oleh Ibu Erna selaku instruktur pada kegiatan pendampingan ini. “Begitu sukacita dan sangat berkesan yang dirasakan oleh para peserta. Salah seorang peserta Noor Timisela, memberikan apresiasi terhadap apa yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan. “Bukan hanya ilmu tapi kami telah difasilitasi dengan pengurusan Nomor Induk Berusaha (NIB)”, katanya.

Kegiatan yang berlangsung selama 4 hari ini ditutup secara resmi oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Maluku yang diwakili oleh Kepala Bidang Industri Marchelino Paliama. Pada acara penutupan diberikan bantuan peralatan stimulan kepada seluruh peserta yang ada guna meningkatkan produktivitas usaha mereka. Produk-produk yang dihasilkan dari para peserta selanjutnya akan di promosikan dan dijual pada galeri Dekranasda Maluku di Bandara Pattimura dan Galeri di GIIA Hotel Jakarta. “market atau pasar yang telah disediakan oleh Pemerintah Maluku melalui Dinas Perindag Provinsi dan Dekranasda Maluku kiranya dapat dimanfaatkan secara maksimal terus berproduksi oleh para perajin, sehingga hasil-hasil yang merupakan karya anak Maluku dapat bersaing dengan daerah lainnya” katanya.

Kegiatan ini menghasilkan 60 jenis produk olahan dari tenun dan batik yang justru belum pernah dilihat dan dikembangkan oleh para peserta. “ lima kelompok berhasil menampilkan 12 produk yang memiliki corak dan bentuk yang tentunya mendapat kurasi dari instruktur, dan hasilnya dapat memberikan kepuasan bagi para peserta yang dilatih”, katanya.

Perjuangan dan pengabdian bagi rakyat Maluku di Kota Ambon, begitu gigih dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Maluku dengan memberikan sentuhan melalui fasilitasi pendafataran Nomor Induk Berusaha (NIB) sebagai salah satu bentuk perjanjian kinerja dengan Ditjen IKMA Kemenperin RI, dimana pada acara penutupan di bagikannya 78 NIB bagi para peserta dan pelaku industri yang berada di Kota Ambon.    “Ini bentuk kerja bersama antara Pemerintah, Gereja dan masyarakat yang terus ditumbuhkembangkan sebagai modal sosial-ekonomi bagi Maluku yang maju menuju Indonesia Emas”, tuturnya.

Sementara itu, dalam sambutan penutupan kegiatan Bimtek ini, Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku, Marchelino Paliama menegaskan agar ilmu dan teknologi yang dimiliki bukan saja menjadi milik sendiri tapi dapat dibagikan bagi masyarakat lainnya, sehingga kemandirian ekonomi dapat terwujud dalam bentuk produk Ovop tenun dan batik di Kota Ambon, tandasnya.

Pembinaan Ovop ini memiliki tiga prinsip dasar, yaitu local yet global yang mengupayakan potensi lokal untuk menghasilkan produk yang berdaya saing global, kemudian self-reliance and creativity yang menekankan pada kemandirian masyarakat setempat untuk menjadi pendorong utama program Ovop, dan human resource development sebagai upaya pengembangan SDM berperan penting terhadap suksesnya program Ovop, ungkap Marchel.

 Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, namun bertanyalah pada dirimu sendiri apa yang sudah kamu berikan bagi negara, ini harus menjadi spirit perjuangan bagi seluruh peserta yang ada demi kemajuan industri di Provinsi Maluku, tegasnya.

Ingatlah, kita harus hidup untuk terus menjadi berkat walaupun itu kecil nilainya, katanya. (mP)

id_IDIndonesian