Sabtu,02 Mei 2020. Dalam rangka menjaga ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok dalam Bulan Puasa dan ditengah Pandemi Covid19 maka Fokus kegiatan di hari ini adalah melakukan pantauan di pantauan di ritel modern lokal dan Distributor kota Ambon. Dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku, Elvis Pattiselanno beserta staf didampingi oleh Tim Satgas Pangan Terpadu Provinsi Maluku, dengan fokus untuk memantau perkembangan harga komoditas barang kebutuhan pokok terkhususnya Gula Pasir.
Pemantauan diawali dengan sidak ke TOKO HARAPAN BARU salah satu Distributor di Jalan Sam Ratulangi dan bertemu dengan Ko Sita Pimpinan sekaligus pemilik Toko, yang menginformasikan bahwa stok gula yang ada di gudang mencapai 920 sak @50 kg atau 46 ton yang dipesan dari tanggal 22 April 2020 dengan modal Rp.800.000,- per karung dan dijual dengan harga Rp.850.000,- per karung dan pembelian partai besar Rp.840.000,- per karung. Oleh Kadis Perindag Provinsi Maluku, diinformasikan bahwa Pemerintah lewat Kementerian Perdagangan telah menugaskan beberapa pabrik BUMN untuk mengolah gula ex import yang akan langsung dijual kepada para distributor di daerah-daerah di seluruh Indonesia tanpa melalui pihak ketiga dengan harga pabrik Rp.11.200,- per kg. Dalam penyaluran Gula import ini, Distributor harus mendapatkan Rekomendasi dari Kepala Dinas yang membidangi perdagangan di setiap provinsi, dan distributor wajib menjual kepada pengecer dengan harga Rp.12.000,- per kg agar gula pasir dapat dijual ke konsumen dengan harga paling mahal Rp.13.500,- per kg.
Tim kemudian melanjutkan ke PT. BINTANG SAKTI SEMESTA distributor yang juga memasukkan Gula Pasir ke Provinsi Maluku yang beralamat di Jalan Mutiara depan Hotel Amans dan bertemu dengan Ibu Siti, penanggungjawab perusahaan. Dari pantauan dan penjelasan dari Ibu Siti, stok gula yang ada di gudang hanyalah merek Gulaku ukuran ½ kg sejumlah 10 karton @40 bungkus atau dengan total 200 kg saja. Harga jual per karton Rp.280.000,- dan Gula curah merek KBA sudah habis sejak bulan April 2020 lalu. Pasokan barang ke gudang perusahaan ini tergantung permintaan dari Ambon ke pusat di Surabaya yang langsung akan memesan dan menyalurkan ke gudang di Ambon lewat jalur laut.
Pantauan selanjutnya di TOKO SERBA USAHA di Jalan Haruhun Karang Panjang. Dalam sidak di gudang toko ditemukan bahwa stok gula sudah habis, dan belum ada rencana untuk memasok gula, disebabkan sulitnya mencari gula merek KBA di sentra Surabaya dan mahalnya harga di sentra.
Selanjutnya di TOKO FANNY, distributor di Jalan DR. Setia Budi, dan bertemu dengan Ibu Lanny Hongari yang menjelaskan bahwa stok gula KBA di gudang dan toko mencapai 7,5 ton dengan harga jual Rp.835.000,- per karung dan dijual secara eceran di toko dengan harga Rp.18.000,- per kg. Sementara pasokan dalam perjalanan sebanyak 25 ton yang akan masuk dengan menggunakan kapal kontainer Tanto Sukses pada tanggal 5 Mei 2020. Kadis Perindag Provinsi Maluku juga menginformasikan bahwa sudah 5 (lima) Distributor yang direkomendasikan untuk memasukkan Gula ex import langsung dari pabrik gula di Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan, dimana pasokannya sementara dalam perjalanan ke Maluku dengan kapal kontainer.
Kemudian Tim bergerak ke Ritel Modern lokal PLANET SWALAYAN URIMESSING di Jalan Diponegoro untuk memantau stok dan harga barang kebutuhan pokok di swalayan ini. Dalam pantauan ditemukan bahwa harga komoditas Beras kualitas premium khususnya kemasan ukuran 5 kg untuk 2 (dua) merek yakni Bulir Mas dan Bunga Cengkeh dijual dengan harga Rp.69.000,- per karung dan harga ini melewati Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dalam Permendag 57 Tahun 2017, dimana untuk wilayah Maluku HET Beras kualitas premium ditetapkan maksimal sebesar Rp.13.600,- per kg atau untuk kemasan 5 kg maksimal seharga Rp.68.000,- , Tim kemudian bertemu dengan Ibu Sonya, Manager Planet Urimessing, dan secara tegas Kadis Perindag Provinsi Maluku meminta kepada manager untuk menurunkan harga jual sesuai HET, namun dalam manager menjelaskan bahwa untuk menurunkan harga, harus dilakukan di Kantor Pusat Grup ini pada Planet Swalayan Wainitu, yang merupakan gudang dan pemasok komoditas yang dijual di gerai-gerai grup Planet Swalayan dan juga bahwa Beras yang diperoleh didapatkan dengan harga yang juga tinggi dari distributor, sehingga harga tidak bisa diturunkan. Temuan ini sudah berulangkali didapatkan di Grup Ritel modern ini dan sudah berulangkali di sosialisasikan dan dimintakan untuk menurunkan harga jual Beras sesuai HET, namun swalayan ini masih tetap menjual dengan harga diatas HET, dan di semua gerai Ritel Modern lokal maupun toko-toko pengecer telah disosialisasikan HET ini dan diminta untuk diturunkan harga jual khusus untuk kemasan 5 kg supaya sesuai HET. Dikarenakan himbauan ini belum dapat dilaksanakan, maka kepada Planet Swalayan Grup akan diberikan sanksi keras berupa teguran tertulis.
Tim kemudian melanjutkan ke SWALAYAN SUPERMART, dan bertemu dengan Admin yang menangani stok toko. Dalam pantauan, harga jual beras kualitas premium untuk semua jenis kemasan sesuai dengan HET pemerintah.
Selanjutnya Tim menuju Pelabuhan Ferry ASDP di Desa Galala yang melayari rute Galala – Namlea PP, untuk memantau kondisi pengangkutan barang kebutuhan pokok dari dan ke pulau Buru lewat kota Namlea, karena sesuai informasi yang diperoleh dari General Manager ASDP Cabang Ambon, bahwa sejak hari Senin, 27 April 2020 salah satu Ferry yang melayari rute ini yakni KMP. Wayangan yang berkapasitas 19 mobil mengalami kerusakan sehingga Ferry yang melayari jalur ini hanya tersisa 1 kapal yakni KMP. Temi yang berkapasitas 12-13 mobil, sehingga rute Galala-Namlea dilayari tiap 2 hari sekali. Tim kemudian menemui beberapa sopir mobil pengangkut yang tengah mengantri di dermaga dan dalam perbincangan antara Kadis Perindag Provinsi Maluku dengan beberapa sopir mobil angkutan barang ke Namlea, diperoleh informasi bahwa antrian mobil yang belum terlayani ini sudah sejak rusaknya KMP. Wayangan, bahkan ada mobil yang sudah 4 (empat) hari mengantri untuk diangkut dengan Ferry. Kondisi ini bukan hanya terjadi di Galala, tetapi juga terjadi di Namlea, sehingga pasokan barang-barang kebutuhan pokok ke pulau Buru terganggu dengan keadaan ini, dan juga sebaliknya pasokan barang kebutuhan seperti sayuran, cabe dan komoditas pertanian serta hortikultura lainnya dari sentra pulau Buru ke kota Ambon juga tersendat. Untuk permasalahan ini, Kadis Perindag Provinsi Maluku berjanji akan berkoordinasi dengan General Manager ASDP Cabang Ambon, pihak perhubungan dan instansi terkait lainnya agar dapat menambah armada Ferry di rute Galala – Namlea PP, agar kelancaran arus distribusi barang kebutuhan pokok dari dan ke pulau Buru dapat kembali normal. (PDN)